Teman-teman pasti pernah ya membuat atau ikut dalam sebuah kegiatan yang melibatkan banyak orang. Baik itu kegiatan di dalam atau di luar ruangan, pelatihan, arisan, pertemuan keluarga dsb. Di tengah eforia kegiatan tersebut, apa yang teman-teman lihat, rasakan, dan pikirkan saat itu?
Satu hal yang pasti kita temui adalah... ya, sampah! Kita seringkali tertegun sendiri melihat banyaknya sampah berserakan dimana-mana. Terkadang bahkan takjub betapa orang dengan mudahnya dan tanpa merasa bersalah membuang sampah sembarangan.
Seringkali pula dibeberapa sudut meja tampak makanan sisa yang tidak mampu kita habiskan. Atau ceceran makanan di lantai yang menunggu dibereskan. Tidak ketinggalan gumpalan-gumpalan tisu dan kantung plastik setia menghiasi setiap sudut. Untuk teman-teman yang pernah menjadi panitia, pasti menjadi orang paling sibuk yang membereskan sampah-sampah usai acara.
Pemandangan semacam itu seringkali menciptakan rasa miris sekaligus sedih di hati. Cuplikan pernyataan Annie Leonard, seorang aktivis peduli lingkungan Greenpeace, "There is no such thing as “away”. When we throw anything away, it must go somewhere" - seakan menemukan kebenarannya.
Sampah ‘kecil’ yang kita hasilkan ini tidak benar-benar hilang. Ia hanya berpindah tempat. Pernahkah kita berpikir jauh bahwa sampah yang sudah kita hasilkan ini ternyata juga berkontribusi terhadap timbunan sampah dunia?
Kalau begitu, marilah kita berpikir tentang cara mengurangi sampah saat sedang berkegiatan.
Satu hal yang pasti kita temui adalah... ya, sampah! Kita seringkali tertegun sendiri melihat banyaknya sampah berserakan dimana-mana. Terkadang bahkan takjub betapa orang dengan mudahnya dan tanpa merasa bersalah membuang sampah sembarangan.
Seringkali pula dibeberapa sudut meja tampak makanan sisa yang tidak mampu kita habiskan. Atau ceceran makanan di lantai yang menunggu dibereskan. Tidak ketinggalan gumpalan-gumpalan tisu dan kantung plastik setia menghiasi setiap sudut. Untuk teman-teman yang pernah menjadi panitia, pasti menjadi orang paling sibuk yang membereskan sampah-sampah usai acara.
Pemandangan semacam itu seringkali menciptakan rasa miris sekaligus sedih di hati. Cuplikan pernyataan Annie Leonard, seorang aktivis peduli lingkungan Greenpeace, "There is no such thing as “away”. When we throw anything away, it must go somewhere" - seakan menemukan kebenarannya.
Sampah ‘kecil’ yang kita hasilkan ini tidak benar-benar hilang. Ia hanya berpindah tempat. Pernahkah kita berpikir jauh bahwa sampah yang sudah kita hasilkan ini ternyata juga berkontribusi terhadap timbunan sampah dunia?
Kalau begitu, marilah kita berpikir tentang cara mengurangi sampah saat sedang berkegiatan.
Hari minggu pagi tanggal 29 April 2018, ada yang menarik di sebuah sudut di Hotel Cakra Kusuma Yogyakarta. Di salah satu ruang pertemuannya, tampak banner persegi bertuliskan tajuk Zero Waste terpasang di dekat pintu masuk. Event Workshop Menulis Kreatif yang diinisiasi oleh Rumah Belajar Literasi Ibu Profesional (IP) Jogjakarta ini mengundang seorang narasumber berkompeten, Ibu D.K. Wardhani, seorang penulis dan ilustrator buku anak, sekaligus pendiri Sahabat Alam Cilik. |
Yang menarik adalah, workshop menulis kreatif yang diketuai oleh Elviyesti Rosefa ini juga mengusung konsep zero waste event. Apa itu zero waste event? Sebuah konsep berkegiatan dengan mengupayakan minimnya sampah yang dihasilkan. Sampah tentu saja tidak bisa dihilangkan sama sekali. Tapi paling tidak kita bisa berupaya mengurangi produksi sampah terutama saat menggelar kegiatan dengan banyak orang.
Ada langkah-langkah strategis yang sudah dilakukan panitia event ini demi melakukan upaya kegiatan minim sampah, antara lain :
Ada langkah-langkah strategis yang sudah dilakukan panitia event ini demi melakukan upaya kegiatan minim sampah, antara lain :
1. Melakukan sosialisasi tentang zero waste event di media whatsapp grup. Grup yang dibuat panitia workshop ini adalah media belajar online. Tujuannya mengenalkan materi-materi awal sebelum workshop, salah satunya adalah materi tentang zero waste. Ibu D.K. Wardhani selaku narasumber utama memberikan dua kali materi tentang zero waste yaitu tentang pengertian dasar, dan dampak penggunaan tisu. Selain itu, ada ruang untuk tanya jawab dan diskusi sehingga seluruh peserta yang sudah tergabung dalam grup tersebut lebih terasah awareness-nya terhadap isu zero waste. “Saya senang sekali bahwa baik panitia maupun peserta sangat terbuka terhadap gagasan acara minim sampah dan mau menyesuaikan diri dengan baik,“ ungkap bu D.K. Wardhani disela pendampingannya melakukan praktik zero waste event. | 2. Sebelum pelaksanaan workshop, peserta sudah dihimbau untuk membawa sendiri botol minum/tumbler, sapu tangan atau handuk kecil sebagai pengganti tisu, alat tulis, dan wadah makanan sendiri apabila dibutuhkan. |
3. Berkomunikasi dengan pihak hotel / pemilik tempat bahwa kegiatan ini sekaligus mengusung konsep zero waste event. Ada beberapa kontribusi dari pihak hotel untuk mendukung praktek ini, antara lain:
- Menyediakan dua tempat sampah yang berbeda, yaitu sampah basah dan sampah kering
- Tidak menyediakan tissue selama acara berlangsung
- Tidak menyediakan block note/alat tulis sebagai salah satu bentuk prosedur meeting room
- Menyediakan gelas dan dispenser airminum sebagai pengganti botol plastik yang biasa dipakai dalam prosedur layanan meeting room.
4. Pihak panitia bahkan tidak membuat banner kegiatan yang biasa digunakan sebagai bentuk visibility acara. Bahan banner dianggap tidak ramah lingkungan. Dengan penggunaan yang relatif singkat (hanya digunakan saat acara berlangsung saja), maka banner sekali pakai hanya akan menjadi timbunan sampah baru.
5. Moderator dan MC secara bergantian tidak henti-hentinya mengingatkan peserta untuk bertanggung jawab terhadap sampahnya masing-masing. Di setiap akhir sesi, panitia selalu mengingatkan untuk membereskan meja dari sampah sebelum meninggalkan ruangan.
5. Moderator dan MC secara bergantian tidak henti-hentinya mengingatkan peserta untuk bertanggung jawab terhadap sampahnya masing-masing. Di setiap akhir sesi, panitia selalu mengingatkan untuk membereskan meja dari sampah sebelum meninggalkan ruangan.
Zero Waste di Kids Corner
Tidak hanya itu, konsep zero waste event juga dipraktekkan oleh penanggung jawab Kids Corner (KC), Tasa Laurika. Bersama dengan tim pendamping anak, mereka juga melakukan serangkaian upaya :
Tidak hanya itu, konsep zero waste event juga dipraktekkan oleh penanggung jawab Kids Corner (KC), Tasa Laurika. Bersama dengan tim pendamping anak, mereka juga melakukan serangkaian upaya :
- Sosialiasi terhadap para orang tua tentang barang-barang keperluan anak yang boleh dibawa misal botol minum/tumbler dan wadah makanan. Tim KC sangat gembira ketika mendapati bahwa tidak ada anak-anak yang membawa snack berbungkus. Semua makanan yang dibawakan oleh orang tua diwadahi dalam kotak snack yang bisa dibawa pulang. Dan semua anak membawa botol minum/tumbler atau gelasnya masing-masing.
- Melakukan pemisahan tempat sampah menjadi organik dan tidak organik
- Permainan di KC diupayakan menggunakan bahan-bahan bekas, misalnya kertas bekas, kertas koran hingga menghasilkan sebuah kreasi kreativitas anak.
Strategi-strategi panitia ini perlu dicontoh sebagai upaya praktik baik mewujudkan kegiatan minim sampah. Zakiyah Darojah, ketua Rumah Belajar Literasi menyatakan bahwa kegiatan ini yang paling baik capaiannya dalam hal praktek meminimalkan sampah, dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya. “Kegiatan sebelumnya meskipun sudah disediakan sampah terpisah tapi diakhir acara masih bercampur aduk. Kali ini peserta sangat peduli untuk membuang sampah sesuai dengan wadahnya,” ungkapnya.
Namun demikian, ada evaluasi bahwa upaya ini masih ada jarak dengan kesempurnaan, terutama saat berkaitan dengan pihak lain. Meskipun sudah dikomunikasikan kepada pihak hotel terkait pilihan menu (menghindari gorengan dan bungkus plastik/kertas), namun masih ada hal-hal yang tidak sinkron, misalnya penyajian menu beralas kertas, dan serbuk kemasan kecil.
Namun demikian, ada evaluasi bahwa upaya ini masih ada jarak dengan kesempurnaan, terutama saat berkaitan dengan pihak lain. Meskipun sudah dikomunikasikan kepada pihak hotel terkait pilihan menu (menghindari gorengan dan bungkus plastik/kertas), namun masih ada hal-hal yang tidak sinkron, misalnya penyajian menu beralas kertas, dan serbuk kemasan kecil.
“Tidak perlu berkecil hati,” kata ibu D.K. Wardhani. Mengusung acara berkonsep zero waste adalah sebuah upaya yang perlu dilakukan terus-menerus. Perlu diperjuangkan. Seperti sebuah kutipan yang terkenal, “think big, start small, learn fast". Buka diri untuk sebuah gagasan besar, kita mulai dari diri kita dan belajar untuk menyesuaikan diri sebaik-baiknya.
Kontributor: Mita Hapsari
Kontributor: Mita Hapsari